Kesan pertama waktu ketemu dia sih…
Kalian pasti sering kan mendengar penyebutan first impression atau pandangan kalian kepada seseorang yang baru ditemui berupa fisik, sifat, barang yang dikenakan, dll. Dalam psikologi hal itu disebut hello effect yaitu kemunculan penilaian terhadap kepribadian seseorang berdasarkan kesan pertama. Istilah ini pertama kali muncul sekitar tahun 1920 melalui ulasan yang ditulis oleh seorang psikolog bernama Edward Lee Thorndike. Thorndike menyebutkan hello effect ini terjadi apabila penilaian terhadap kualitas seseorang muncul melalui generalisasi salah satu karakternya saja. Seperti ketika melihat seseorang yang mengenakan kacamata, terkesan orang yang cerdas atau seseorang yang tidak murah senyum terkesan orang yang tidak baik hati. Namun, penilaian dari kesan pertama ini tidak pasti kebenarannya. Jika ingin mengetahui kepribadian seseorang maka lebih baik untuk mengenalnya terlebih dahulu agar tidak ada kesan negatif. ‘Warna memudar, kuil runtuh, kerajaan jatuh, tapi kata-kata bijak bertahan’ -Edward L. Thorndike- Referensi : Wardani, R. P. (2019). Studi eksperimental halo effect dalam penilaian risiko bisnis klien pada auditor berpengalaman. Jurnal Online Insan Akuntan, 4(1), 55-72.
0 Comments
Hallo Sobat Sona, kembali lagi bertemu dengan Fakta Psikologi di hari Senin!!
Sobat Sona sudah tahu belum tentang hipotimia? Hipotimia merupakan bagian dari gangguan emosi, emosi berkonteks pada suasana perasaan yang dirasakan secara sadar. Emosi terbentuk cukup kompleks dengan melibatkan pikiran, persepsi, serta perilaku. Emosi terbagi menjadi dua yakni mood dan afek. Mood merupakan suasana perasaan yang bersifat mendalam, memiliki dampak yang besar dengan intensitas yang lama. Hipotimia lebih kepada gangguan mood dan lebih dikenal sebagai mood hipotimia. Mood hipotimia merupakan suasana perasaan mendalam dan memiliki dampak besar berupa kesedihan dan kemurungan, akibatnya individu yang mengalaminya lebih cenderung pesimis. Kondisi ini dapat menjadi salah satu gejala adanya gangguan kejiwaan seperti gangguan bipolar bahkan penyakit skizofrenia. Dikarenakan mood hipotimia sudah masuk ke dalam gangguan emosi, maka untuk diagnosanya pun membutuhkan bantuan dari profesional. Wah menarik ya bahasan kita hari ini Sobat Sona, sekarang sudah tahu kan terkait hipotimia? Even a happy life cannot be without a measure of darkness, and the word happy would lose its meaning if it were not balanced by sadness. -Carl Jung Gaol, N. J. (2010). Gangguan Jiwa dan Rumah Sakit Jiwa. Pusat Penyembuhan Penyakit Jiwa dan Gangguan Kejiwaan di Yogyakarta. S Dollfus, M. P. (1993). Delay Hypothymic Disorder. Current aspects and Pertinence of the Concept in Schizophrenic States. PubMed. Eccedentesiast? Hmm apa itu?
Pernakah kamu mendengar istilah tersebut ? Eccedentesiast berasal dari bahasa Latin yaitu ecce (aku memperlihatkan), dentes (gigi) dan iast (penghibur). Eccedentesiast adalah istilah dalam psikologi yang merujuk kepada seseorang yang memilih untuk tidak memperlihatkan perasaan sedih, trauma, maupun depresi. Mereka berusaha untuk merasa dan terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain meskipun hatinya terluka. Mereka lebih memilih menyembunyikan kesedihannya di balik senyum mereka. Tidak suka ketika orang lain mengetahui bahwa mereka bersedih, sehingga ia selalu tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah mengetahui apa itu eccedentesiast, yuk kenali tanda-tandanya Apakah kamu termasuk seorang yang eccedentesiast? 1. Selalu terlihat ceria Seseorang yang terlihat selalu ceria dan bahagia belum tentu mereka tidak sedang terluka, seperti halnya seseorang yang eccedentesiast. Mereka tersenyum padahal hati mereka merasa sedih, mereka tertawa padahal hati mereka menangis, mereka terlihat bahagia padahal sedang terluka. Meski berat untuk membohongi diri sendiri, tapi seorang eccedentesiast merasa perlu dan mampu untuk melakukannya. Oleh karena itu, mereka tergolong orang yang kuat karena bisa menghadapi kesedihannya sendiri. 2. Berusaha terlihat baik-baik saja Berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain ketika sedang menghadapi suatu masalah adalah hal yang sulit. Bukan berarti mereka tidak butuh bantuan tapi mereka tidak mau melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapinya. Mereka menganggap bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain. 3. Seorang yang mandiri Seorang eccedentesiast terbiasa untuk terlihat baik-baik saja dan tidak meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan permasalahannya. Mereka memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka juga terbiasa untuk mandiri dalam melakukan segala hal. 4. Terlihat bebas dan melakukan hal yang mereka sukai Seorang eccedentesiast biasanya memiliki sifat bebas dan mereka akan melakukan hal yang mereka sukai untuk menghilangkan masalah yang sedang dihadapinya. Bukan ingin lari dari permasalahan, tapi mereka ingin terus menikmati hidup meskipun sedang memiliki masalah. Hal ini merupakan salah satu cara para eccedentesiast mengurangi kesedihan yang dirasakan. 5. Terkadang juga bisa terlihat sedih Meskipun seorang eccedentesiast pandai menyembunyikan kesedihan dengan senyuman, ada kalanya mereka juga terlihat bersedih. Biasanya hal ini terjadi ketika mereka sedang sendiri dan sedang tidak melakukan apa-apa. Tidak banyak orang yang dapat melihat kesedihan para eccedentesiast. Namun ketika ada orang yang memahami kesedihannya, mereka akan merasa bahagia. 6. Tempat terbaik untuk curhat Seorang eccedentesiast memiliki rasa empati yang tinggi. Saat mereka tersenyum ketika hati sedang terluka, mereka justru ingin orang yang sedang kesulitan merasa bahagia dengan kehadirannya. Mereka akan mendengarkan dan membantu menyelesaikan masalah orang lain. Dampak negatif berpura-pura bahagia bagi kesehatan mental - Berpura-pura tersenyum saat suasana hati sedang tidak baik dapat memperburuk kondisi hati - Berpura-pura bahagia justru akan membuat kita lemah dan mudah tertekan - Selalu berpura-pura bahagia bisa menciptakan rasa tidak puas dalam hidup Dikutip dari New York Times, sebuah hasil penelitian yang terbitkan oleh Academy Of Management Journal menyebutkan bahwa berpura-pura tersenyum saat suasana hati sedang tidak baik, atau berusaha menekan pikiran negatif, ternyata dapat menyebabkan pikiran-pikiran negatif tersebut menjadi lebih kuat, dibandingkan saat kita mengekspresikan perasaan ataupun pikiran kita dengan dengan jujur atau yang sebenarnya. Namun tidak selamanya buruk, ada juga sisi positif bagi seorang eccedentesiast : - Punya rasa simpatik yang tinggi - Memilih tegar dan kuat dengan segala cobaan - Mandiri dalam penyelesaian masalah - Tidak menyusahkan orang lain - Terhindar dari bahan pembicaraan negatif ECCEDENTESIAST (.n) Someone who hides pain behind a smile Tambah pengetahuan yuk!
Resilience atau resiliensi merupakan sebuah proses dari hasil adaptasi pengalaman hidup yang sulit. Terutama melalui mental, emosional dan perilaku yang fleksibilitas, baik penyesuaian eksternal dan internal (APA Dictionary of Psychology, VandenBos, 2015). Bisa juga diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi saat dihadapkan pada tekanan eksternal dan internal. Terdapat 2 faktor pembentuk Resiliensi (Davis, 1999):
Resiliensi dapat ditingkatkan guna memberikan pengalaman bagi individu dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan. Hal-hal untuk meningkatkan Resiliensi yaitu:
Gimana? Jadi nambah pengetahuan baru kan? Hanya mereka yang berani gagal, yang bisa mencapai kesuksesan -Robert F. Kennedy |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2022
Categories |