But loving him was red (re-e-e-ed, re-e-e-ed) (Re-e-e-ed, re-e-e-ed), kata Mbak Taylor. Tapi, tahukah kamu kenapa warna merah diasosiasikan dengan cinta dan romantis?
Pada tahun 2008, Elliot dan Pazda melakukan penelitian terkait warna merah dan bagaimana merah diasosiasikan dengan atraktivitas dan romantisme. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan jika seseorang yang menggunakan pakaian yang berwarna merah dinilai oleh koresponden lebih menarik dan seksi. Selain itu, pada penelitian lanjutan (2012) menyebutkan bahwa seseorang akan menggunakan warna merah ketika ia sedang ingin menunjukkan ketertarikan seksualnya serta berperilaku seksi. Fenomena ini disebut sebagai Red Attraction Effect. Warna merah juga dinilai memberikan dampak feminin pada perempuan. Hal ini didasari hipotesis biologis yang menyatakan jika wanita memiliki rona merah ketika sedang masa subur (ovulasi), maka secara biologis laki-laki menafsirkan warna merah sebagai “sinyal” seksual yang dikaitkan dengan peningkatan gairah seksual. Karena itulah warna merah identik dengan persepsi intim dan seksual sehingga merah menjadi diasosiasikan sebagai warna cinta. Namun hingga kini hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti. Apakah persepsi warna merah juga dipengaruhi oleh proses belajar dari pembentukan budaya atau penyebab lainnya? “The perception of red has evolved in such important events and experiences,” -Elliot-
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2022
Categories |