Ketika mendengar kata “avoidant” sebagian dari kita mungkin mengasosiasikannya dengan
kabur, lari, atau menghindar. Tapi apa benar seperti itu? Yuk simak bahasan berikut! Perilaku avoidant memiliki kaitan erat dengan gangguan kepribadian sehingga pada bahasan kali ini konteks yang kita gunakan adalah avoidant dalam avoidant personality disorder (AVPD). Menurut Hallmark, salah satu ciri utama dari AVPD adalah pola mendalam dan persisten yang menghalangi seseorang untuk bersosialisasi, selalu merasa kurang, dan hipersensitif pada kritikan atau evaluasi negatif. Adapun perilaku yang ditampakkan oleh penderita AVPD ialah cenderung menghindari interaksi sosial, adanya perasaan konsisten jika diri merasa tidak diinginkan secara sadar maupun tidak sehingga individu akan mengisolasi diri. Seseorang dengan AVPD akan merasakan dampak pada kegiatan sehari-harinya seperti kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok, kesulitan untuk belajar, memiliki kepercayaan diri rendah, dan rentan terhadap penyakit utamanya penyakit mental. Mengingat AVPD merupakan bagian dari gangguan kepribadian maka diagnosa dan penanganannya pun membutuhkan campur tangan pakar, terlebih gangguan kepribadian merujuk pada pola kepribadian tidak sehat yang mencakup pola berpikir, keberfungsian hidup, dan perilaku. Meski demikian, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penanganan AVPD dapat berhasil melalui terapi yang tepat dan konsisten. There is only one happiness in life, to love and be loved - George Sand- Sumber : Weinbrecht, A., Schulze, L., Boettcher, J., & Renneberg, B. (2016). Avoidant Personality Disorder: a Current Review. Current Psychiatry Reports, 18(3). doi:10.1007/s11920-016- 0665-6
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
April 2022
Categories |